Terapi tingkah laku
adalah penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang berakar pada berbagai
teori tentang belajar. Terapi ini dipopulerkan oleh B.F Skinner, dimana terapi
ini menyertakan penerapan yang sistematis prinsip-prinsip belajar pada
pengubahan tingkah laku ke arah cara-cara yang lebih adaptif. Berlandaskan
teori belajar, modifikasi tingkah laku dan terapi tingkah laku adalah
pendekatan-pendekatan terhadap konseling dan psikoterapi yang berurusan dengan
pengubahan tingkah laku. Daripada memandang terapi tingkah laku seperti
pendekatan terapi yang dipersatukan dan tunggal, lebih tepat menganggapnya
sebagai terapi-terapi tingkah laku yang mencakup berbagai prinsip dan metode
yang belum dipadukan ke dalam suatu sistem yang dipersatukan. Dimana
perkembangan terapi tingkah laku ini adalah sejak tahun 1950-an.
Konsep-Konsep
Utama Behavior Therapy
- Pandangan Tentang Sifat Manusia
behaviorisme
adalah suatu pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia. Behavior ditandai
oleh sikap membatasi metode-metode dan prosedur-prosedur pada data yang dapat
diamati. Pendekatan behavioristik tidak menguraikan asumsi-asumsi filosofis
tertentu tentang manusia secara langsung. Setiap orang dipandang memiliki
kecenderungan-kecenderungan positif dan negatif yang sama. Manusia pada
dasarnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial budayanya. Segenap
tingkah laku manusia itu dipelajari.
Pandangan
para behavioris tentang manusia seringkali didistorsi oleh penguraian yang
terlampau menyederhanakan tentang individu sebagai bidak nasib yang tak
berdaya. Terapi tingkah laku kontemporer bukanlah suatu pendekatan yang
sepenuhnya deterministik dan mekanistik, yang menyingkirkan potensi para klien
untuk memilih. Hanya “para behavioris yang radikal” yang menyingkirkan
kemungkinan menentukan diri dari individu. Nye (1975) dalam pembahasan tentang
behaviorisme radikal nya B.F Skinner, menyebutkan bahwa para behavioris radikal
menekankan manusia sebagai dikendalikan oleh kondisi-kondisi linkungan.
2. Pengondisian Klasik Versus
Pengondisian Operan
Pengondisian
klasik disebut pengkondisian responden, berasal dari karya Pavlov, pengondisian
klasik melibatkan stimulus tak berkondisi (UCS) yang secara otomotis
mengembangkan respon berkondisi (CR) yang sama dengan respon tak berkondisi
(UCR) apabila diasosiasikan dengan stimulus tak berkondisi. Jika UCS
dipasangkan dengan sutau stimulus berkondisi (CS), lambat launCS mengarahkan
kemunculan CR. Baik karya Salter maupun Wolpe sebagian besar berasal dari model
pengondisian klasik. Teknik-teknik yang spesifik seperti desensitisasi
sistematik dan terapi aversi berlandaskan pengondisian klasik.
Pengondisian
operan, satu aliran utama lainnya dari pendekatan terapi yang berlandaskan
teori belajar, melibatkan pemberian ganjaran kepada individu atas pemunculan
tingkah lakunya (yang diharapkan) pada saat tingkah laku itu muncul.
Ciri-ciri
unik terapi tingkah laku
Terapi tingkah laku, berbeda dengan
sebagian besar pendekatan terapi lainnya, ditandai oleh :
- Pemusatan perhatian kepada tingkah laku
yang tampak dan spesifik.
- Kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan
treatment.
- Perumusan prosedur treatment yang
spesifik yang sesuai dengan masalah
- Penaksiran objektif atas hasil-hasil
terapi
Terapi ini merupakan
suatu pendekatan induktif yang berlandaskan eksperimen-eksperimen dan
menerapkan metode eksperimental pada proses terapeutik. Urusan terapeutik utama
adalah mengisolasi tingkah laku masalah dan kemudian menciptakan cara-cara
untuk mengubahnya. Pada dasarnya, terapi tingkah laku diarahkan pada
tujuan-tujuan memperoleh tingkah laku baru, penghapusan tingkah laku yang
maladaptif, serta memperkuat dan mempertahankan tingkah laku yang diinginkan.
Setelah mengembangkan mengembangkan pernyataan yang tepat tentang tujuan-tujuan
treatment, terapis harus memilih prosedur-prosedur yang paling sesuai untuk
mencapai tujuan-tujuan itu. Berbagai teknik tersedia, yang keefektifannya
bervariasi dalam menangani masalah-masalah tertentu.
Terapi tingkah laku
memasukkan kriteria yang didefiniskan dengan baik bagi perbaikan atau
penyembuhan. Karena terapi tingkah laku menekankan evaluasi atas keefektifan
teknik-teknik yang digunakan, maka evolusi dan perbaikan yang berkesinambungan
atas prosedur-prosedur treatment
menandai proses terapeutik.
Tujuan
Terapeutik
Tujuan umum terapi
tingkah laku adalah menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar. Dasar
alasannya ialah bahwa segenap tingkah laku laku adalah dipelajari (learned), termasuk tingkah laku yang
maladaptif. Jika tingkah laku neurotik learned, maka ia bisa unlearned, dan
tingkah laku yang lebih efektif bisa diperoleh. Terapi tingkah laku pada
hakikatnya terdiri atas proses penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif dan
pemberian pengalaman-pengalaman belajar yang didalamnya terdapat respon-respon
yang layak, namun belum dipelajari.
Menurut beberapa ahli, terdapat
banyak kesalah pahaman dalam menjelaskan tujuan-ttujuan terapi tingkah laku,
namun Krumboltz, dan Thorensen telah mengembangkan tiga kriteria bagi perumusan
tujuan yang bisa diterima dalam konseling tingkah laku sebagai berikut:
- Tujuan yang dirumuskan haruslah tujuan
diinginkan oleh klien
- Konselor harus bersedia membantu klien
dalam mencapai tujuan
- Harus terdapat kemungkinan untuk
menaksir sejauh mana klien bisa mencapai tujuannya.
Akan tetapi, bagaimana
jika klien tidak bisa mendefinisikan masalahnya dengan jelas dan hanya bisa
menghadirkan tujuan-tujuan yang masalahnya dengan jelas dan hanya bisa
menghadirkan tujuan-tujuan yang sama? Krumboltz dan Thorensen sepakat bahwa
pada umumnya klien tidak menjabarkan masalah-masalah dalam bahasa yang
sederhana dan jelas. Tugas terapis adalah mendengarkan kesulitan klien secara
aktif dan empatik. Terapis memantulkan kembali apa yang dipahaminya untuk
memastikan apakah persepsinya tentang pemikiran-pemikiran dan perasaan-perasaan
klien benar. Lebih dari itu, terapis
membantu klien menjabarkan bagaimana dia akan bertindak di luar cara-cara yang
ditempuh sebelumnya. Dengan berfokuskan pada tingkah laku yang spesifik yang
ada pada kehidupan klien sekarang, terapis membantu klien menerjemahkan
kebingungan yang dialaminya ke dalam suatu tujuan kongret yang mungkin untuk
dicapai.
Fungsi
dan Peran Terapis
Dalam
terapi behavior ini, terapis berfungsi sebagai:
- Sebagai guru, pengarah yang ahli dalam
mendiagnosis tingkah laku yang maladaptif dan dalam menentukan prosedur-prosedur
penyembuhan yang diharapkan dapat mengarahkan pada tingkah laku yang baru dan adjustive.
- Terapis juga berperan sebagai pemberi
penguatan sosial bagi klien, baik yang positif maupun yang negatif. Bahkan
mesikpun mempersepsikan dirinya sebagai pihak yang netral sehubungan dengan
pertimbangan-pertimbangan nilai, terapis membentuk tingkah laku klien, baik
melalui cara-cara langsung maupun melalui cara-cara tidak langsung.
- Terapis berfungsi sebagai model bagi
klien, karena klien sering memandang terapis sebagai orang yang patut
diteladani, dan ditiru sikap dan tingkah lakunya.
Teknik-Teknik
dan Prosedur-Prosedur Terapeutik
Terapi
behavior memiliki teknik-teknik yang utama, yaitu :
1.
Desentisasi sistematik
Digunakan
untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat secara negatif, dan ia menyertakan
pemunculan tingkah laku atau respons yang berlawanan dengan tingkah laku yang
hendak dihapuskan itu. Desensitisasi diarahkan pada mengajar klien untuk
menampilkan suatu respons yang tidak konsisten dengan kecemasan.
2.
Terapi implosif dan pembanjiran
Teknik
pembanjiran berlandaskan paradigma mengenai penghapusan eksperimental. Terapis memunculkan
stimulus-stimulus penghasil kecemasan, klien membayangkan situasi, dan terapis
berusaha mempertahankan kecemasan klien. Stampfl mengembangkan teknik yang
berhubungan dengan teknik pembanjiran, yang disebut terapi implosif : seperti
halnya dengan desensitisasi sistematik, terapi implosif berasumsi bahwa tingkah
laku neurotik melibatkan penghindaran terkondisi atas stimulus-stimulus
penghasil kecemasan.
3.
Latihan asertif
Pendekatan
behavioral yang dengan cepat mencapai popularitas adalah latihan asertif yang
bisa diterapkan terutama pada situasi-situasi interpersonal, di mana individu
mengalami kesulitan untuk menerima kenyataan, bahwa menyatakan atau menegaskan
diri adalah tindakan yang layak atau benar. Latihan asertif akan membantu bagi
orang-orang yang:
- Tidak mampu mengungkapkan kemarahan atau
perasaan tersinggung
- Menunjukan kesopanan yang berlebihan dan
selalu mendorong orang lain untuk mendahuluinya
- Memiliki kesulitan untuk mengatakan
tidak
- Memiliki kesulitan untuk mengungkapkan
afeksi dan respon-respon positif lainnya
- Merasa tidak punya hak untuk memiliki
perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran sendiri
Dimana
cara yang digunakan dalam latihan asertif ini adalah menggunakan prosedur
permainan peran, disini konselor bertindak sebagai fasilitator. Selain itu
diskusi kelompok juga sangat bermanfaat dalam latihan asertif ini, untuk saling
membantu satu sama lain dalam membantu klien untuk mengembangkan cara berhubungan
yang lebih langsung dalam situasi interpersonal.
4.
Terapi Aversi
Teknik
pengondisian aversi yang telah digunakan secara luas untuk meredakan
gangguan-gangguan behavioral yang spesifik, yang melibatkan mengasosiasikan
tingkah laku simtomatik dengan suatu stimulus yang menyakitkan sampai tingkah
laku yang tidak diinginkan terhambat kemunculannya. Stimulus-stimulus aversi
biasanya berupa hukuman dengan kejutan listrik atau [pemberian listrik. Kendali
aversi bisa melibatkan penarikan pemerkuat positif atau penggunaan berbagai
bentuk hukuman.
5.
Pengondisian operan
Tingkah
laku operan adalah tingkah laku yang memancar yang menjadi ciri organisme
aktif. Ia adalah tingkah laku yang beroperasi di linkungan untuk menghasilkan
akibat-akibat. Tingkah laku operan merupakan tingkah laku yang paling berarti
dalam kehidupan sehari-hari, yang mencakup membaca, berbicara, berpakaian,
berpakaian, makan dengan alat-alat makan, dsb. Menurut Skinner jika tingkah
laku diganjar, maka probabilitas kemunculan kembali tingkah laku tersebut di
masa mendatang tinggi.
6.
Perkuatan positif
Pembentukan
suatu pola tingkah laku dengan memberikan ganjaran atau perkuatan segera
setelah tingkah laku yang diharapkan muncul adalah suatu cara yang ampuh untuk
mengubah tingkah laku. Pemerkuat-pemerkuat, baik primer maupun sekunder,
diberikan untuk rentang tingkah laku yang luas.
7.
Pembentukan respon
Dalam
pembentukan respon, tingkah laku secara bertahap diubah dengan memperkuat
unsur-unsur kecil dari tingkah laku baru yang diinginkan secara berturut-turut
sampai mendekati tingkah laku akhir. Pembentukan respon berwujud pengembangan
suatu respon yang pada mulanya tidak terdapat dalam perbendaharaan tingkah laku individu.
8.
Penghapusan
Apabila
suatu respon terus menerus dibuat tanpa perkuatan, maka respon tersebut
cenderung menghilang. Dengan demikian, karena pola-pola tingkah laku yang
dipelajari cenderung melemah dan terhapus setelah suatu periode, cara untuk
menghapus tingkah laku yang maladaptif adalah menarik perkuatan dari tingkah
laku maladaptif itu.
9.
Percontohan
Dalam
percontohan, individu mengamati seorang model dan kemudian diperkuat untuk
mencontoh tingkah laku sang model
10.
Token
Digunakan untuk
membentuk tingkah laku apabila persetujuan dan pemerkuat yang tidak bisa diraba
lainnya tidak memberikan pengaruh. Dalam token economy, tingkah laku yang layak
bisa diperkuat dengan perkuatan-perkuatan yang bisa diraba, yang nantinya bisa
ditukar dengan objek atau hak istimewa yang diinginkan.
Referensi :
Corey, Gerald. 2009. Teori dan Praktek
Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama