Logoterapi
berasal dari kata Yunani logos yang mengandung dwiarti. Pertama, logos berarti
spirit (semangat) yaitu suatu dimensi terdalam dari seorang manusia., dan arti
ini lebih antropologis daripada teologis. Kedua adalah “meaning” yaitu nilai
hidup sebagai seorang manusia. Singkatnya logoterapi adalah sebuah teori yang
berorientasi untuk menemukan arti, suatu arti dalam dan bagi eksistensi
manusia.
Logotherapy
didirikan oleh Viktor Frankl (1960), dimana metode ini merupakan suatu metode
psikoterapi yang digunakan untuk menangani orang-orang yang kehidupannya
kehilangan arti. Logotherapy lebih merupakan teknik dari pada teori. Akan
tetapi seperti yang dikemukakan Frankl, sesuatu yang tidak berdasarkan teori
tentang kodrat manusia dan filsafat kehidupan tidak dapat menjadi bentuk
psikoterapi.
Tiga
konsep fundamental yang perlu kita ketahui dalam hubungan dengan logoterapi,
antara lain:
- Freedom of will (bebas dari kemauan)
Kebebasan yang dimaksud
di sini adalah suatu kebebasan untuk tetap berdiri pada apapun kondisi yang
dialami manusia. Di sini manusia bebas untuk menentukan sikapnya menghadapi
keadaan sekitarnya, bebas membuat rencana di luar kecenderungan somatik dan
komponen psikisnya. Bebas dari kemauan bukan berarti bebas dari kondisi-kondisi
biologis, fisik, sosiologis, dan psikologis. Tapi lebih merupakan bebas untuk
mengambil sikap bukan hanya menghadapi dunia, tetapi menghadapi diri sendiri.
- Will-to-meaning
Suatu kemauan untuk
menemukan arti hidupnya, dorongan kemamuan dasar yang berjuang untuk mencapai
arti hidup yang lebh tinggi untuk eksis di dunia. Ia merupakan suatu dorongan
yang mengendalikan manusia yang menemukan arti dalam hidupnya. Will to
remaining muncul dari keinginan pembawaan dasar manusia untuk memberikan sedapat
mungkin nilai bagi dirinya, untuk mengaktualisasikan sebanyak mungkin nilai
bagi dirinya, untuk mengaktualisasikan sebanyak mungkin nilai-nilai hidup
manusia dalam dirinya.
- The meaning of life
Arti hidup bagi seorang manusia. Arti
hidup yang dimaksud disini ialah arti hidup yang bukan untuk dipertanyakan,
tetapi untuk direspon, karena kita semua bertanggung jawab untuk suatu hidup. Respon
yang diberikan bukan dalam bentuk kata-kata tapi dalam bentuk tindakan, dengan
melakukannya.
Kerangka
berpikir teori kepribadian model logoterapi dan dinamika
kepribadiannya dapat digambarkan sebagai berikut :
Pertama,
setiap orang selalu mendambakan kebahagiaan dalam hidupnya. Dalam pandangan
logoterapi, kebahagiaan itu tidak datang begitu saja, tetapi merupakan akibat
sampingan dari keberhasilan seseorang memenuhi keinginannya untuk hidup
bermakna (the will to meaning). Mereka yang berhasil memenuhinya akan mengalami
hidup yang bermakna (meaningful life) dan ganjaran (reward) dari hidup yang
bermakna adalah kebahagiaan (happiness).
Kedua,
jika mereka yang tak berhasil memenuhi motivasi ini akan mengalami kekecewaan
dan kehampaan hidup serta merasakan hidupnya tidak bermakna (meaningless).
Kondisi ini apabila tidak teratasi dapat mengakibatkan gangguan neurosis (noogenik
neurosis), mengembangkan karakter totaliter (totalitarianism) dan konformis (conformism).
Ketiga,
Frankl menentang pendirian dalam psikologi dan psikoterapi bahwa manusia
ditentukan oleh kondisi biologis, konflik-konflik masa kanak-kanak, atau
kekuatan lain dari luar. Ia berpendapat bahwa kebebasan manusia merupakan
kebebasan yang berada dalam batas-batas tertentu. Manusia dianggap sebagai
makhluk yang memiliki berbagai potensi luar biasa, tetapi sekaligus memiliki
keterbatasan dalam aspek ragawi, aspek kejiwaan, aspek sosial budaya
dan aspek kerohanian.
Keempat,
kebebasan manusia bukan merupakan kebebasan dari (freedom from) bawaan
biologis, kondisi psikososial dan kesejarahannya, melainkan kebebasan untuk
menentukan sikap (freedom to take a stand) secara sadar dan menerima tanggung
jawab terhadap kondisi-kondisi tersebut, baik kondisi lingkungan maupun kondisi
diri sendiri. Dengan demikian, kebebasan yang dimaksud Frankl bukanlah lari
dari persoalan yang sebenarnya harus dihadapi.
Kelima,
dalam berperilaku, manusia berusaha mengarahkan dirinya sendiri pada sesuatu
yang ingin dicapainya, yaitu makna. Keinginan akan makna inilah yang mendorong
setiap manusia untuk melakukan berbagai kegiatan agar hidupnya dirasakan
berarti dan berharga. Namun, Frankl tidak sependapat dengan prinsip
determinisme dan berkeyakinan bahwa manusia dalam berperilaku terdorong
mengurangi ketegangan agar memperoleh keseimbangan dan mengarahkan dirinya
sendiri menuju tujuan tertentu yang layak bagi dirinya.
Logoterapi
menyajikan suatu pendekatan positif pada mereka yang mengalami gangguan mental
secara pribadi. Logoterapi muncul sebagai sekolah psikoterapi ketiga di Vienna.
Logoterapi tampil dalam konsep baru yakni “will to meaning”. Logoterapi mengajarkan
bahwa ada tiga jalan yang dapat ditempuh seseorang untuk menemukan makna hidup.
Pertama melalui karya atau tindakan (yang didedikasi bukan untuk diri sendiri).
Kedua, melalui pangalaman atau mengenal seseorang, dalam cinta. Ketiga, yang
terpenting dalam mengubah diri sendiri: mengubah tragedi menjadi kemenangan. Logoterapi
ini adalah dilandasi keyakinan bahwa manusia memiliki kapasitas untuk mengubah
aspek-aspek hidup yang negatif menjadi sesuatu yang positif atau konstruktif.
Teknik logoterapi :
Suatu
teknik logoterapi disebut dengan intensi paradoksal. Teknik ini sangat membantu
orang-orang yang mengalami nervous untuk menginginkan sesuatu yang justru
ditakutinya dan yang menimbulkan kecemasan. Disini logoterapi bermaksud
mengintegrasikan psikoterapi dalam keragaman bentuknya. Alat yang memungkinkan
manusia mencari dan memahami nilai situasi tertentu adalah kesadaran, yang
secara serentak ada sadar dan ada bertanggung jawab. Logoterapi bermaksud
mengatasi psikologisme yang mereduksi segala-galanya kepada mekanisme psikis.
Referensi :
Naisaban,
Ladislau. 2010. Para psikolog terkemuka dunia: riwayat hidup pokok pikiran dan
karya. Jakarta : Grasindo.
Widyarini,
Nilam. 2009. Kunci pengembangan diri. Jakarta : PT elex media komputindo.
Schultz,
Duane. 2012. Psikologi pertumbuhan: model-model kepribadian sehat. Yogyakarta:
Kanisius