Terapi
rasional emotif (TRE) dikembangkan oleh Albert Ellis, dimana TRE ini memiliki
banyak kesamaan dengan terapi-terapi yang berorientasi kognitif tingkah laku
tindakan dalam arti menitikberatkan berfikir, menilai, memutuskan,
menganalisis, dan bertindak. TRE sangat didaktik dan sangat direktif serta
lebih bayak berusan dengan dimensi-dimensi pikiran daripada dengan
dimensi-dimensi perasaan. Konsep-konsep TRE membangkitkan sejumlah
pertanyaan-pertanyaan, yaitu :
- Apakah pada dasarnya psikoterapi merupakan
suatu proses reduksi?
- Apakah sebaiknya terapis berfungsi
terutama sebagai guru?
- Apakah pantas para terapis menggunakan
propoganda, persuasi, dan saran-saran yang sangat direktif?
- Sampai mana keefektifan usaha
membebaskan para klien dari “keyakinan-keyakinan irrasional nya dengan
menggunakan logika, nasihat, informasi, dan penafsiran-penafsiran?
Konsep utama rational emotive
therapy
1. Pandangan
tentang sifat manusia
TRE adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan
asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berfikir rasional
dan jujur maupun untuk berfikir irasional dan jahat. TRE menekankan bahwa
manusia berfikir, beremosi, dan bertindak secara stimultan. Jarang manusia
beremosi tanpa berfikir, sebab perasaan-perasaan biasanya dicetuskan oleh
persepsi atas suatu situasi yang spesifik. Ellis menyatakan bahwa bila
individu-individu tidak dikondisikan untuk berfikir dan merasa dengan cara
tertentu, maka mereka cenderung untuk bertingkah laku dengan cara demikian
meskipun mereka menyadari bahwa tingkah laku mereka itu menolak atau meniadakan
diri.
2. Pandangan
TRE pada teori A-B-C tentang kepribadian
Teori A-B-C tentang kepribadian sangatlah penting
bagi teori dan praktek TRE. A adalah keberadaan suatu fakta, suatu peristiwa,
tingkah laku atau sikap seseorang. C adalah konsekuensi atau reaksi emosional
seseorang, reaksi ini bisa layak dan bisa pula tidak layak. A (peristiwa yang
mengaktifkan) bukan penyebab timbulnya C (konsekuensi emosional). Alih-alih, B,
yaitu keyakinan individu tentang A, yang menjadi penyebab C, yakni reaksi
emosional. Misalnya, jika seseorang mengalami depresi sesudah perceraian, bukan
perceraian itu sendiri yang menjadi penyebab timbulnya reaksi depresif,
melainkan keyakinan orang itu tentang perceraian sebagai kegagalan, penolakan,
atau kehilangan teman hidup. Ellis berkeyakinan akan penolakan dan kegelapan
(pada B) adalah yang menyebabkan depresi (pada C), jadi bukan peristiwa
perceraian yang sebenarnya (pada A). Jadi manusia bertanggungjawab atas
penciptaan reaksi-reaksi emosional dan gangguan-gangguannya sendiri.
Ellis menandaskan bahwa karena manusia memiliki
kesanggupan untuk berfikir, maka manusia mampu melatih dirinya sendiri untuk
mengubah atau menghapus keyakinan-keyakinan yang menyabotase diri sendiri”. Untuk
memahami dan mengonfrontasikan sistem-sistem keyakinan diperlukan disiplin
diri, berifikir, dan belajar. Perubahan-perubahan kuratif dan preventif atas
kecenderungan-kecenderungan menciptakan gangguan menjadi mungkin jika
orang-orang dibantu dalam usahanya memperoleh pemahaman atas “ pemikiran yang
sorong” dan atas “beremosi dan bertindak yang tidak layak”.
TRE berasumsi bahwa karena keyakinan-keyakinan dan
nilai-nilai irasional orang-orang berhubungan secara kasual dengan
gangguan-gangguan emosional dan behavioralnya, maka cara yang paling efisien
untuk membantu orang-orang itu dalam membuat perubahan-perubahan kepribadiannya
adalah mengonfrontasikan mereka secara langsung dengan filsafat hidup mereka
sendiri, menerangkan kepada mereka bagaimana gagasan mereka sampai menjadikan
mereka terganggu, menyerang gagasan-gagasan irasional mereka di atas
dasar-dasar logika, dan mengajari mereka bagaimana berfikir logis dan karenanya
mendorong mereka untuk mampu mengubah dan menghapus keyakinan irrasionalnya.
Tujuan Terapi Rational Emotive
Terapi rasional omotif ini memiliki
tujuan-tujuan, dimana tujuan tersebut adalah sebagai berikut :
- Meminimalkan pandangan yang mengalahkan
diri dari klien dan membantu klien untuk memperoleh filsafat hidup yang lebih
realistik
- Menunjukan kepada klien bahwa
verbalisasi-verbalisasi diri mereka telah dan masih merupakan sumber utama adri
gangguan-gangguan emosional yang dialami klien
- Mendorong klien agar menguji secara kritis
nilai-nilai dirinya yang paling dasar.
- Tidak hanya mengurangi ketakutan-ketakutan
spesifik yang dialami klien, melainkan penanganan atas rasa takutnya secara
umum
- Membantu klien membebaskan dirinya
sendiri dari gejala-gejala yang dilaporkan yang tidak dilaporkan kepada
terapis.
Peran Terapis dalam Terapi Rasional
Emotif
Ellis memberikan gambaran tentang
bagaimana terapis berperan, atau apa saja yang harus dilakukan terapis dalam
praktek rasional emotif, yaitu sebagai berikut:
- Mengajak klien untuk berfikir tentang
beberapa gagasan dasar yang irasional yang telah memotivasi banyak gangguan
tingkah laku
- Menantang kepada klien menguji
gagasan-gagasannya
- Menunjukkan kepada klien ketidaklogisan
pemikirannya
- Menggunakan suatu analisis logika untuk
meminimalkan keyakinan-keyakinan irasional klien
- Menunjukan bahwa keyakinan-keyakinan itu
tidak ada gunanya dan bagaimana keyakina-keyakinan akan mengakibatkan
gangguan-gangguan emosional dan tingkah laku di masa depan
- Menggunakan absurditas dan humor untuk
menghadapi irasionalitas pikiran klien
- Menerangkan bagaimana gagasan-gagasan
yang irasional dan kesimpulan-kesimpulan yang tidak logis sekarang maupun pada
masa yang akan datang, yang telah mengekalkan cara-cara merasa dan berperilaku
yang merusak diri.
Teknik-Teknik atau Prosedur-Prosedur
Terapi Rasional Emotif
Teknik
TRE yang esensial adalah mengajar secara aktif direktif. Segera setelah terapi
dimulai, terapis memainkan peran sebagai pengajar yang aktif untuk mereduksi
klien. Terapis menunjukanpenyebab ketidaklogisan gangguan-gangguan yang dialami
klien dan verbalisasi-verbalisasi diri yang telah mengekalkan gangguan-gangguan
dalam hidup klien.
TRE
adalah suatu proses didaktik dan karenanya menekankan metode-metode kognitif.
Ellis menunjukan bahwa penggunaan metode-metode terapi tingkah laku seperti
pelaksanaan pekerjaan rumah, desentisasi, pengondisian operan, hipnoterapi, dan
latihan asertif cenderung digunakan secara aktif-direktif di mana terapis lebih
banyak berperan sebagai guru dibandingkan sebagai pasangan yang berelasi secara
intens.
Terapis
secara khas aktif dalam pertemuan terapi TRE dan lebih suka berbicara daripada
mendengarkan klien secara pasif. Bahkan selama pertemuan-pertemuan pertama
terapi, terapis bisa mnhonfrontasikan kliennya dengan pembuktian atas pemikiran
dan tingkah lakunya yang irasional. Terapis menggunakan penafsiran secara bebas
dan tidak terlalu memperhatika resistensi-resistensi klien. Dia menyerang
filsafat-filsafat yang menyalahkan diri, menerangkan, membujuk, dan mengajari
klien.
Ellis
menjelaskan bahwa banyak sekali variasi metode-metode rasional emotif lainnya,
seperti eksplorasi, ventilasi, eksvakasi, penafsiran, terapis rasional, konfrontasi,
pembantahan, deindoktrinasi, dan reduksi. Dimana variasi dari metode-metode ini
sangat efektif digunakan dengan maksud membantu klien untuk mencapai suatu
perubahan kognitif yang mendasar.
Referensi
:
Corey, Gerald. 2009. Teori
dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar