Jumat, 12 April 2013

PSIKOTERAPI : “ANALISIS TRANSAKSIONAL”


Konsep Analisis Transaksional
Metode analisis transaksional muncul sekitar pertengahan tahun 1950-an, dari pengakuan seorang pasien, pasien itu merupakan seorang pengacara, dia berkomentar dalam sesi terapinya bahwa ia hanyalah seorang anak laki-laki kecil daripada daripada seorang pengacara yang matang. Pengertian ini mengarah pada analisis struktural dan tahap ego (tahap mental anak dan dewasa).

Analisis transaksional adalah psikoterapi transaksional yang dapat digunakan dalam terapi individual, tetapi lebih cocok untuk digunakan dalam terapi kelompok. Analisis transaksional (AT) berbeda dengan sebagian besar terapi lain karena merupakan suatu terapi kontraktual dan desisional. AT melibatkan suatu kontrak yang dibuat oleh klien, yang dengan jelas menyatakan tujuan-tujuan dan arah proses terapi. AT juga berfokus pada putusan-putusan baru. AT menekankan aspek-aspek kognitif rasional-behavior dan berorientasi kepada peningkatan kesadaran sehingga klien akan mampu membuat putusan-putusan baru dan mengubah cara hidupnya.

Pendekatan ini dikembangkan oleh Eric Berne, berlandaskan suatu teori kepribadian yang berkenaan dengan analisis struktural dan transaksional. Teori ini menyajikan suatu kerangka bagi analisis terhadap tiga kedudukan ego yang terpisah, yaitu : orang tua, orang dewasa, dan anak. Tinjauan teoritik tentang analisis transaksional adalah untuk memperkaya kemampuan-kemapuan menghadapi, dan mengatur situasi yang paling dalam dan interaksi kehidupan nyata.

Tinjauan teoritik tentang analisis transaksional dikaitkan dengan suatu pendekatan yang mengaitkan internal (intrapsikis) dengan interpersonal dan relasional. Pada intinya, makna analisis transaksional adalah untuk memperkaya kemampuan-kemampuan menghadapi (coping) dan mengatur (regulatory) situasi yang paling dalam dan interaksi kehidupan nyata.

Tujuan-Tujuan Analisis Transaksional
Menurut Corey (2009) tujuan dasar analisis transaksional adalah membantu klien dalam membuat putusan-putusan baru yang menyangkut tingkah lakunya sekarang dan arah hidupnya. Dimana sasaran dalam terapi ini adalah mendorong klien agar menyadari bahwa kebebasan dirinya dalam memilih telah dibatasi oleh putusan-putusan dini mengenai posisi hidupnya dan oleh pilihan terhadap cara-cara hidup yang deterministik. Inti dari terapi ini adalah menggantikan gaya hidup yang ditandai oleh permainan yang manipulatif dan oleh skenario-skenario hidup yang mengalahkan diri, dengan gaya hidup otonom yang ditandai oleh kesadaran, spontanitas, dan keakraban.

Fungsi dan peran terapis
Analisis transaksional dirancang untuk memperoleh pemahaman emosional maupun pemahaman intelektual. Akan tetapi, dengan berfokus pada aspek-aspek rasional, peran terapis sebagian besar adalah sebagai berikut :
- Memberikan perhatian pada masalah-masalah didaktik dan emosional.
-  Menururt Haris, dia melihat peran terapis sebagai seorang “guru, pelatih, dan narasumber dengan penekanan kuat pada keterlibatan” sebagai guru, terapi menerangkan konsep-konsep seperti analisis struktural, analisis transaksional, analisis skenario, dan analisis permainan.
-  Terapis membantu klien dalam menemukan kondisi-kondisi masa lampau yang merugikan yang menyebabkan klien membuat putusan-putusan dini tertentu, memungut renca-rencana hidup, dan mengembangkan strategi-strategi yang telah digunakannya dalam menghadapi orang lain yang sekarang barangkali ingin dipertimbangkannya.
- Terapis membantu klien memperoleh kesadaran yang lebih realistis dan emncari alternatif-alternatif guna menjalani kehidupan yang lebih otonom
-  Menggunakan pengetahuannya untuk menunjang klien dalam hubungannya dengan suatu kontrak spesifik yang jelas yang diprakarasi oleh klien.
- Terapis mendorong dan mengajarkan klien agar lebih memercayai ego orang dewasanya sendiri ketimbang ego orang dewasa terapis dalam memeriksa putusan-putusan lamanya dan dalam membuat putusan-putusan baru.

Prosedur-Prosedur Terapeutik
            Dalam praktek analisis transaksional, teknik-teknik dari berbagai sumber, terutama dari terapi Gestalt, digunakan. Sebenarnya ada prosedur-prosedur yang mengasyikan yang dihasilkan dari perkawinan antara analisis transaksional dan terapi Gestal. James dan jongeward (1971) menggabungkan konsep-konsep dan proses-proses analisis transaksional dengan eksperimen-eksperimen Gestalt. Dengan pendekatan gabungan itu, ia mendemonstrasikan peluang yang lebih besar untuk mencapai kesadaran diri dan otonomi. Dimana prosedur-prosedur dari tarapi ini adalah sebagai berikut :
a.  Analisis struktural
Merupakan suatu alat yang bisa membantu klien agar menjadi sadar antar isi dan fungsi ego orang tua, ego orang dewasa, dan ego anaknya. Para klien AT belajar bagaimana mengenali ketiga perwakilan ego-nya itu. Analisis struktural membantu klien dalam menemukan perwakilan ego yang mana yang menjadi landasan tingkah yang mana menjadi landasan tingkah lakunya. Dengan penemuan itu, klien bisa memperhitungkan pilihan-pilihannya.
       b. Metode didaktik
Para anggota analisis transaksional diharapkan sepenuhnya mengenal analisis struktural dengan menguasai landasan-landasan perwakilan-perwakilan ego melalui buku-buku yang telah tersedia seperti “games people play dan what do you say hello? Dari Eric Berne, dan masih banyak buku-buku lainnya yang bisa dipakai sebagai panutan atau bahan. Untuk kepada anggota kelompok analisis transaksional dianjurkan berpartisipasi dalam bengkel kerja khusus, konfrensi-konfrensi, dan pendidikan-pendidikan yang berkaitan dengan analisis transaksional.
        c.  Analisis transaksional
Analisis ini pada dasarnya merupakan suatu penjabaran atas analisis yang dilakukan dan dikatakan oleh orang-orang terhadap satu sama lain. Adapun yang terjadi, orang-orang-orang melibatkan suatu transaksi di antara perwakilan-perwakilan ego mereka. Ketika pesan-pesan disampaikan, diharapkan ada respons.
       d.  Kursi kosong
Merupakan suatu prosedur yang sesuai dengan analisis struktural. Kursi kosong ini dijalankan dengan meminta klien untuk membayangkan bahwa seseorang tengah duduk disebuah kursi di hadapannya dan mengajak berdialog. Prosedur ini meberikan kesempatan kepada klien untuk menyatakan pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, dan sikap-sikapnya selama dia menjalankan pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, dan sikap-sikapnya selama dia menjalankan peran-peran perwakilan-perwakilan ego-nya.
      e.   Permainan peran
Prosedurnya adalah seorang anggota kelompok memainkan peran sebagai perwakilan ego yang menjadi sumber masalah bagi seorang anggota lainnya, dan ia berbicara kepada anggota tersebut. Para anggota yang lain pun bisa menjalankan permainan serupa dan boleh mencobanya di luar pertemuan terapi. Dalam permainan ini memungkinkan klien untuk memperoleh umpan balik tentang tingkah laku sekarang dalam kelompok.
       f.   Penconrohan keluarga
Pada prosedur ini klien diminta untuk membayangkan suatu adegan yang melibatkan sebanyak mungkin orang yang berpengaruh di masa lampau, termasuk dirinya sendiri. Klien menjadi sutradara, produser, dan aktor. Dia menetapkan situasi dan menggunakan para anggota kelompok sebagai pameran para anggota keluarga, serta menempatkan mereka pada situasi yang dibayangkan.
        g.  Analisis permainan dan ketegangan
Prosedur ini merupakan suatu rangkaian transaksi terselubung komplementer yang terus berlangsung menuju hasil yang didefinisikan dengan baik dan dapat diperkirakan. Hasil dari kebanyakan terapi nya dalah peraaan tidak enak yang dialami oleh pemain.
       h.  Analisis skenario
Analisis skenario ini bisa menunjukan kepada individu proses yang dijalaninya dalam memperoleh skenario dan cara-caranya membenarkan tindakan-tindakan yang tertera pada skenario. Ketika menjadi sadar atas skenario kehidupannya, orang siap untuk melakukan sesuatu untuk mengubah pemprograman. Analisis skenario ini bisa membuka alternatif-alternatif baru yang menjadikan orang bisa memilih sehingga dia tidak lagi merasa dipaksa memainkan permainan-permainan mengumpulkan perasaan-perasaan untuk membenarkan tindakan-tindakan tertentu yang dilaksanakan menurut plot skenario.

Analisis transaksional dan penyembuhan
Beberapa sebutan harus dilakukan tentang gagasan penyembuhan dalam analisis transaksional (AT). Bersamaan dengan suatu keyakinan dalam ke-OK-an dasar klien, para terapis AT yakin akan konsep penyembuhan- bukan kemajuan atau kesadaran, tetapi bukan wawasana atau perubahan, tetapi penyembuhan. Berne menguraikannya sebagai berikut, yaitu :
1. Pengendalian sosial
2. Penyembuhan gejala
3. Penyembuhan transferensi
4. Penyembuhan naskah

Pencapaian pengendalian sosial dilakukan dengan cara memperoleh penguasaan atas perilaku-peerilaku disfungsional. Dengan penyembuhan gejala klien mengalami kelegaan yang ditandai dari distres kecemasan subjektif, depresi, atau kebingungan. Dalam penyembuhan transferensi klien dapat tetap berada di luar kepada klien. Penyembuhan naskah terjadi ketika orang dewasa klien berada dalam posisi menghadapi internal, dan interpersonal, stres, yang secara efektif dibebaskan dari perasaan-perasaan dan perilaku-perilaku naskah.

Baru-baru ini para terapis AT telah membagi penyembuhan ke dalam penyembuhan sosial dan penyembuhan psikologis. Penyembuhan sosial menawarkan suatu model interaksional, yang menggunakan alat-alat untuk bekerja dalam berbagai bidang praktik:
-  Terapi pasangan
- Terapi kelompok kecil – AT bekerja dengan bagus dalam kelompok karena terapi ini memungkinkan untuk mengidentifikasikan transaksi-transaksi pada saat itu
-  Terapi keluarga
-  Ruang kerja dan perkembangan organisasi

Berne menunjukan bahwa salah satu nilai lebih dari AT ialah bahwa terapi ini adalah psikiatri sosial dan psikologi individual. Terapi ini memberikan suatu perspektif yang unik tentang iteraksi sosial dan fenomena sosial lain. Penyembuhan psikologis menggunakan metode internal. Pita karet digunakan untuk menelusuri penahanan-penahan perkembangan, yang mengaitkan konflik-konflik masa lalu yang tidak terselesaikan dengan situasi-situasi yang dihadapi di sini dan pada saat ini. Seringkali pelayanan bersifat tatap muka, dengan penekanan umum pada permainan-permainan yang dimainkan dalam ruang penaganan dan dengan memfokuskan pada transferensi dan kontransferensi perilaku-perilaku yang digerakkan dalam pelayanan naskah.

Referensi :
Corey, Gerald. 2009. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama
Roberts, Albert R, Gilbert J. Greene. 2008. Buku pintar pekerja sosial: social workers’ desk reference. Jakarta : Gunung mulia
Morrison, paul, philip burnard. 2008. Caring &communicating : hubungan interpersonal dalam keperawatan. Jakarta : ECG


Tidak ada komentar:

Posting Komentar