Konsep
Analisis Transaksional
Metode
analisis transaksional muncul sekitar pertengahan tahun 1950-an, dari pengakuan
seorang pasien, pasien itu merupakan seorang pengacara, dia berkomentar dalam
sesi terapinya bahwa ia hanyalah seorang anak laki-laki kecil daripada daripada
seorang pengacara yang matang. Pengertian ini mengarah pada analisis struktural
dan tahap ego (tahap mental anak dan dewasa).
Analisis
transaksional adalah psikoterapi transaksional yang dapat digunakan dalam terapi
individual, tetapi lebih cocok untuk digunakan dalam terapi kelompok. Analisis
transaksional (AT) berbeda dengan sebagian besar terapi lain karena merupakan
suatu terapi kontraktual dan desisional. AT melibatkan suatu kontrak yang
dibuat oleh klien, yang dengan jelas menyatakan tujuan-tujuan dan arah proses
terapi. AT juga berfokus pada putusan-putusan baru. AT menekankan aspek-aspek
kognitif rasional-behavior dan berorientasi kepada peningkatan kesadaran
sehingga klien akan mampu membuat putusan-putusan baru dan mengubah cara
hidupnya.
Pendekatan
ini dikembangkan oleh Eric Berne, berlandaskan suatu teori kepribadian yang
berkenaan dengan analisis struktural dan transaksional. Teori ini menyajikan
suatu kerangka bagi analisis terhadap tiga kedudukan ego yang terpisah, yaitu :
orang tua, orang dewasa, dan anak. Tinjauan teoritik tentang analisis
transaksional adalah untuk memperkaya kemampuan-kemapuan menghadapi, dan
mengatur situasi yang paling dalam dan interaksi kehidupan nyata.
Tinjauan
teoritik tentang analisis transaksional dikaitkan dengan suatu pendekatan yang
mengaitkan internal (intrapsikis) dengan interpersonal dan relasional. Pada
intinya, makna analisis transaksional adalah untuk memperkaya
kemampuan-kemampuan menghadapi (coping) dan mengatur (regulatory) situasi yang
paling dalam dan interaksi kehidupan nyata.
Tujuan-Tujuan Analisis Transaksional
Menurut
Corey (2009) tujuan dasar analisis transaksional adalah membantu klien dalam
membuat putusan-putusan baru yang menyangkut tingkah lakunya sekarang dan arah
hidupnya. Dimana sasaran dalam terapi ini adalah mendorong klien agar menyadari
bahwa kebebasan dirinya dalam memilih telah dibatasi oleh putusan-putusan dini
mengenai posisi hidupnya dan oleh pilihan terhadap cara-cara hidup yang
deterministik. Inti dari terapi ini adalah menggantikan gaya hidup yang
ditandai oleh permainan yang manipulatif dan oleh skenario-skenario hidup yang
mengalahkan diri, dengan gaya hidup otonom yang ditandai oleh kesadaran,
spontanitas, dan keakraban.
Fungsi dan peran terapis
Analisis
transaksional dirancang untuk memperoleh pemahaman emosional maupun pemahaman
intelektual. Akan tetapi, dengan berfokus pada aspek-aspek rasional, peran
terapis sebagian besar adalah sebagai berikut :
- Memberikan perhatian pada
masalah-masalah didaktik dan emosional.
- Menururt Haris, dia melihat peran
terapis sebagai seorang “guru, pelatih, dan narasumber dengan penekanan kuat
pada keterlibatan” sebagai guru, terapi menerangkan konsep-konsep seperti analisis
struktural, analisis transaksional, analisis skenario, dan analisis permainan.
- Terapis membantu klien dalam menemukan
kondisi-kondisi masa lampau yang merugikan yang menyebabkan klien membuat
putusan-putusan dini tertentu, memungut renca-rencana hidup, dan mengembangkan
strategi-strategi yang telah digunakannya dalam menghadapi orang lain yang
sekarang barangkali ingin dipertimbangkannya.
- Terapis membantu klien memperoleh
kesadaran yang lebih realistis dan emncari alternatif-alternatif guna menjalani
kehidupan yang lebih otonom
- Menggunakan pengetahuannya untuk
menunjang klien dalam hubungannya dengan suatu kontrak spesifik yang jelas yang
diprakarasi oleh klien.
- Terapis mendorong dan mengajarkan klien
agar lebih memercayai ego orang dewasanya sendiri ketimbang ego orang dewasa
terapis dalam memeriksa putusan-putusan lamanya dan dalam membuat
putusan-putusan baru.
Prosedur-Prosedur Terapeutik
Dalam praktek analisis
transaksional, teknik-teknik dari berbagai sumber, terutama dari terapi
Gestalt, digunakan. Sebenarnya ada prosedur-prosedur yang mengasyikan yang
dihasilkan dari perkawinan antara analisis transaksional dan terapi Gestal. James
dan jongeward (1971) menggabungkan konsep-konsep dan proses-proses analisis
transaksional dengan eksperimen-eksperimen Gestalt. Dengan pendekatan gabungan
itu, ia mendemonstrasikan peluang yang lebih besar untuk mencapai kesadaran
diri dan otonomi. Dimana prosedur-prosedur dari tarapi ini adalah sebagai
berikut :
a. Analisis
struktural
Merupakan suatu alat
yang bisa membantu klien agar menjadi sadar antar isi dan fungsi ego orang tua,
ego orang dewasa, dan ego anaknya. Para klien AT belajar bagaimana mengenali
ketiga perwakilan ego-nya itu. Analisis struktural membantu klien dalam
menemukan perwakilan ego yang mana yang menjadi landasan tingkah yang mana
menjadi landasan tingkah lakunya. Dengan penemuan itu, klien bisa
memperhitungkan pilihan-pilihannya.
b. Metode
didaktik
Para
anggota analisis transaksional diharapkan sepenuhnya mengenal analisis
struktural dengan menguasai landasan-landasan perwakilan-perwakilan ego melalui
buku-buku yang telah tersedia seperti “games people play dan what do you say
hello? Dari Eric Berne, dan masih banyak buku-buku lainnya yang bisa dipakai
sebagai panutan atau bahan. Untuk kepada anggota kelompok analisis
transaksional dianjurkan berpartisipasi dalam bengkel kerja khusus,
konfrensi-konfrensi, dan pendidikan-pendidikan yang berkaitan dengan analisis
transaksional.
c. Analisis
transaksional
Analisis
ini pada dasarnya merupakan suatu penjabaran atas analisis yang dilakukan dan
dikatakan oleh orang-orang terhadap satu sama lain. Adapun yang terjadi,
orang-orang-orang melibatkan suatu transaksi di antara perwakilan-perwakilan
ego mereka. Ketika pesan-pesan disampaikan, diharapkan ada respons.
d. Kursi
kosong
Merupakan
suatu prosedur yang sesuai dengan analisis struktural. Kursi kosong ini
dijalankan dengan meminta klien untuk membayangkan bahwa seseorang tengah duduk
disebuah kursi di hadapannya dan mengajak berdialog. Prosedur ini meberikan
kesempatan kepada klien untuk menyatakan pikiran-pikiran, perasaan-perasaan,
dan sikap-sikapnya selama dia menjalankan pikiran-pikiran, perasaan-perasaan,
dan sikap-sikapnya selama dia menjalankan peran-peran perwakilan-perwakilan
ego-nya.
e. Permainan
peran
Prosedurnya
adalah seorang anggota kelompok memainkan peran sebagai perwakilan ego yang
menjadi sumber masalah bagi seorang anggota lainnya, dan ia berbicara kepada
anggota tersebut. Para anggota yang lain pun bisa menjalankan permainan serupa
dan boleh mencobanya di luar pertemuan terapi. Dalam permainan ini memungkinkan
klien untuk memperoleh umpan balik tentang tingkah laku sekarang dalam
kelompok.
f. Penconrohan
keluarga
Pada
prosedur ini klien diminta untuk membayangkan suatu adegan yang melibatkan
sebanyak mungkin orang yang berpengaruh di masa lampau, termasuk dirinya
sendiri. Klien menjadi sutradara, produser, dan aktor. Dia menetapkan situasi
dan menggunakan para anggota kelompok sebagai pameran para anggota keluarga,
serta menempatkan mereka pada situasi yang dibayangkan.
g. Analisis
permainan dan ketegangan
Prosedur
ini merupakan suatu rangkaian transaksi terselubung komplementer yang terus
berlangsung menuju hasil yang didefinisikan dengan baik dan dapat diperkirakan.
Hasil dari kebanyakan terapi nya dalah peraaan tidak enak yang dialami oleh
pemain.
h. Analisis
skenario
Analisis
skenario ini bisa menunjukan kepada individu proses yang dijalaninya dalam
memperoleh skenario dan cara-caranya membenarkan tindakan-tindakan yang tertera
pada skenario. Ketika menjadi sadar atas skenario kehidupannya, orang siap
untuk melakukan sesuatu untuk mengubah pemprograman. Analisis skenario ini bisa
membuka alternatif-alternatif baru yang menjadikan orang bisa memilih sehingga
dia tidak lagi merasa dipaksa memainkan permainan-permainan mengumpulkan
perasaan-perasaan untuk membenarkan tindakan-tindakan tertentu yang
dilaksanakan menurut plot skenario.
Analisis transaksional dan
penyembuhan
Beberapa
sebutan harus dilakukan tentang gagasan penyembuhan dalam analisis
transaksional (AT). Bersamaan dengan suatu keyakinan dalam ke-OK-an dasar
klien, para terapis AT yakin akan konsep penyembuhan- bukan kemajuan atau
kesadaran, tetapi bukan wawasana atau perubahan, tetapi penyembuhan. Berne
menguraikannya sebagai berikut, yaitu :
1. Pengendalian
sosial
2. Penyembuhan
gejala
3. Penyembuhan
transferensi
4. Penyembuhan
naskah
Pencapaian
pengendalian sosial dilakukan dengan cara memperoleh penguasaan atas
perilaku-peerilaku disfungsional. Dengan penyembuhan gejala klien mengalami
kelegaan yang ditandai dari distres kecemasan subjektif, depresi, atau
kebingungan. Dalam penyembuhan transferensi klien dapat tetap berada di luar
kepada klien. Penyembuhan naskah terjadi ketika orang dewasa klien berada dalam
posisi menghadapi internal, dan interpersonal, stres, yang secara efektif
dibebaskan dari perasaan-perasaan dan perilaku-perilaku naskah.
Baru-baru
ini para terapis AT telah membagi penyembuhan ke dalam penyembuhan sosial dan penyembuhan
psikologis. Penyembuhan sosial menawarkan suatu model interaksional, yang
menggunakan alat-alat untuk bekerja dalam berbagai bidang praktik:
- Terapi pasangan
- Terapi kelompok kecil – AT bekerja
dengan bagus dalam kelompok karena terapi ini memungkinkan untuk
mengidentifikasikan transaksi-transaksi pada saat itu
- Terapi keluarga
- Ruang kerja dan perkembangan organisasi
Berne
menunjukan bahwa salah satu nilai lebih dari AT ialah bahwa terapi ini adalah
psikiatri sosial dan psikologi individual. Terapi ini memberikan suatu
perspektif yang unik tentang iteraksi sosial dan fenomena sosial lain.
Penyembuhan psikologis menggunakan metode internal. Pita karet digunakan untuk
menelusuri penahanan-penahan perkembangan, yang mengaitkan konflik-konflik masa
lalu yang tidak terselesaikan dengan situasi-situasi yang dihadapi di sini dan
pada saat ini. Seringkali pelayanan bersifat tatap muka, dengan penekanan umum
pada permainan-permainan yang dimainkan dalam ruang penaganan dan dengan
memfokuskan pada transferensi dan kontransferensi perilaku-perilaku yang
digerakkan dalam pelayanan naskah.
Referensi :
Corey, Gerald. 2009. Teori dan Praktek
Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama
Roberts,
Albert R, Gilbert J. Greene. 2008. Buku pintar pekerja sosial: social workers’
desk reference. Jakarta : Gunung mulia
Morrison,
paul, philip burnard. 2008. Caring &communicating : hubungan interpersonal
dalam keperawatan. Jakarta : ECG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar