Minggu, 07 Oktober 2012

Akulturasi Psikologis


Akulturasi adalah satu pola perubahan dimana terdapat  tingkat penyatuan antara dua kebudayaan. Penyatuan ini dapat menimbulkan perubahan dalam kedua kebudayaan. Penyatuan di sini tidak berarti bahwa kesamaannya lebih banyak daripada perbedaannya, tetapi hanya berarti bahwa kedua kebudayaan menjadi semakin serupa dibanding dengan sebelum terjadi kontak antara keduanya.
Graves (dalam Berry, 1998) membedakan akulturasi menjadi dua bagian, yaitu akulturasi dalam tingkatan komunitas (group level phenomenon) dan akulturasi psikologis (psychological acculturation). Bagian pertama menekankan pada perubahan budaya sebuah komunitas, sedangkan tipe kedua menekankan pada perubahan psikologis individu. Pembagian ini sangat penting untuk diperhatikan, karena pada akulturasi pada sebuah komunitas, tidak semua individu ikut di dalamnya

akulturasi juga dapat ditinjau berdasarkan tiga bentuk, yaitu kesengajaan (voluntariness), perpindahan (mobility) dan kestabilan  (permanence). 
1.      Kesengajaan (voluntariness)
Proses akulturasi dilihat dari proses partisipasi individu. Ada individu yang dengan
sengaja mengikuti proses akulturasi (misalnya karena berimigrasi), ada juga
individu yang tidak sengaja (misalnya karena pengungsian atau pengaruh luar).
2.      Perpindahan (mobility). 
Ada individu yang mengalami proses akluturasi yang dikarenakan berpindah tempat
(migrasi atau pengungsian), ada pula yang mengikuti akulturasi karena tidak
berpindah (misalnya pengaruh budaya luar pada penduduk pribumi).
3.      Kestabilan  (permanence)
Proses akultuasi berjalan menetap (permanen) ketika individu berada pada   tempat
yang permanen, dan proses akulturasi berjalan temporer ketika individu tidak
menetap pada tempat bersangkutan.

Akulturasi kerap berlawanan dengan  pengalaman baru individu. Akulturasi merupakan stresor yang menantang individu yang mampu menurunkan status kesehatan mental individu. Pada model akulturatif stres, strategi integrasi dalam mengantisipasi memunculkan dengan kesehatan mental individu yang optimal, sebaliknya strategi marjinalisasi menurunkan kualitas kesehatan mental (Giddens, 1998)

Jadi bagaimana akultrasi psikologis itu sebenarnya merupakan pengaruh dari perubahan psikologis individu tersebut, karena seperti yang telah dijelaskan diatas, terdapat tiga hal yang dapat mempengaruhi akultrasi itu sendiri yang disebabkan oleh individu sendiri yaitu kesengajaan, perpindahan, dan kestabilan. Karena hal-hal inilah yang nantinya akan mempengaruhi keadaan psikologis individu untuk mengalami perubahan sehingga terjadilah suatu akulturasi. Seperti contoh dapat dilihat di Indonesia sendiri, bahwa proses akulturasi yang terjadi pada masyarakat Indonesia adalah akulturasi yang ditinjau berdasarkan kesengajaan. Karena sebagai penduduk pribumi yang pasif dan tinggal menetap, yang mana mereka mendapat pengaruh budaya luar melalui media massa, interaksi perdagangan, atau interaksi lainnya yang membuat keadaan psikologisnya menjadi terpengaruh untuk mengikuti budaya perpindahan (imigrasi) yang ada dibudaya luar.  Inilah yang dimaksudkan akultrasi psikologis, bagaimana keadaan luar mempengaruhi keadaan psikologis individu untuk melakukan akulturasi.

REFRENSI :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar